Anak Gawang No 1 -Rummenigge: Sepak bola Italia dalam Masalah

Italia, Anak gawang no 1 – CEO Bayern Munchen, Karl-Heinz Rummenigge, menilai bahwa kompetisi sepakbola Italia, khususnya Serie A, sedang dalam masalah besar.
Ia menyatakan bahwa kurangnya infrastruktur pendukung telah membuat beberapa klub Italia harus menjual para bintang mereka untuk mendapatkan keuntungan. Contohnya, penjualan Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva ke Paris Saint-Germain, yang tidak terduga oleh banyak pihak.
“Sepakbola Italia dalam kesulitan, tapi saya yakin mereka mampu menangani krisis itu,” kata Rummenigge.
“Stadion di Jerman selalu penuh karena kami menerapkan kebijakan sosial dengan membuat harga tiket menjadi sangat terjangkau bagi kaum miskin. Paling rendah seharga 7 euro.
Keberhasilan Allianz Arena sebagai stadion internasional menunjukkan bahwa kota di Italia harus memahami betapa pentingnya stadion sepakbola modern untuk publik,” tuturnya mengenai banyaknya bangku kosong pada stadion di Serie A.
“Meskipun Milan sedang dalam masa krisis, saya percaya mereka mampu menyeimbangkan keuangan dan memberikan kesempatan lebih bagi para pemain muda,” ujar mantan attacante Internazionale tersebut.
Sepi penonton tidak hanya terjadi pada golongan klub-klub guram di Serie A, bahkan kalangan klub raksasa sekelas Juventus, AC Milan, dan Inter, juga merasakan masalah yang serupa.
Sang penguasa Italia, Juventus, mengalami kesepian saat mereka menghadapi Shakhtar Donetsk pada laga Champions League di Juventus Arena (3/10). Harga tiket khusus Champions League yang melambung tinggi, membuat para Juventini enggan mengisi kursi di satu-satunya stadion bukan milik pemerintah tersebut.
Sementara duo Milan mengalami hal yang sama pada semua kompetisi akibat berkurangnya jumlah penyedia layanan tiket musiman dalam beberapa tahun terakhir.
Ia menyatakan bahwa kurangnya infrastruktur pendukung telah membuat beberapa klub Italia harus menjual para bintang mereka untuk mendapatkan keuntungan. Contohnya, penjualan Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva ke Paris Saint-Germain, yang tidak terduga oleh banyak pihak.
“Sepakbola Italia dalam kesulitan, tapi saya yakin mereka mampu menangani krisis itu,” kata Rummenigge.
“Stadion di Jerman selalu penuh karena kami menerapkan kebijakan sosial dengan membuat harga tiket menjadi sangat terjangkau bagi kaum miskin. Paling rendah seharga 7 euro.
Keberhasilan Allianz Arena sebagai stadion internasional menunjukkan bahwa kota di Italia harus memahami betapa pentingnya stadion sepakbola modern untuk publik,” tuturnya mengenai banyaknya bangku kosong pada stadion di Serie A.
“Meskipun Milan sedang dalam masa krisis, saya percaya mereka mampu menyeimbangkan keuangan dan memberikan kesempatan lebih bagi para pemain muda,” ujar mantan attacante Internazionale tersebut.
Sepi penonton tidak hanya terjadi pada golongan klub-klub guram di Serie A, bahkan kalangan klub raksasa sekelas Juventus, AC Milan, dan Inter, juga merasakan masalah yang serupa.
Sang penguasa Italia, Juventus, mengalami kesepian saat mereka menghadapi Shakhtar Donetsk pada laga Champions League di Juventus Arena (3/10). Harga tiket khusus Champions League yang melambung tinggi, membuat para Juventini enggan mengisi kursi di satu-satunya stadion bukan milik pemerintah tersebut.
Sementara duo Milan mengalami hal yang sama pada semua kompetisi akibat berkurangnya jumlah penyedia layanan tiket musiman dalam beberapa tahun terakhir.
0 comments:
Post a Comment